Kulit yang gatal membuat kita merasa ingin menggaruknya bahkan tanda sadar saat sedang tidur sekalipun. Dengan menggaruk, gatal yang mengganggu berubah menjadi rasa nyaman tapi dampaknya kadang-kadang kulit memerah bahkan sampai terluka.
Salah satu yang dituduh menjadi penyebab terbesar gatal adalah dermatitis, kondisi iritasi kulit karena deterjen atau bahan-bahan dari emas. Berdasarkan data survai National Ambulatory Medical Care, sekitar 6,4 juta orang di AS yang terkena dermatitis bahkan harus memeriksakan diri ke dokter setiap tahunnya.
Namun, gatal bisa terjadi karena dipicu banyak hal. Sentuhan tanaman, hewan, dan logam bisa memicu gatal yang sangat. Selain itu, faktor cuaca misalnya kelembaban udara, termasuk bakteri, kuman, dan parasit juga menjadi penyebabnya. Stress juga diduga dapat memicu gatal. Berdasarkan Asosiasi Kedokteran Amerika, sabun yang sering digunakan secara berlebihan juga bisa memicu gatal..
Saat terjadi reaksi alergi seperti ini, protein histamin dihasilkan. Protein tersebut akan memberikan perintah kepada beberapa serabut syarap gatal untuk mengirim informasi ke syaraf tulang belakang yang akan memproses dan membangkitkan otak.
Bagian otak yang aktif saat gatal diketahui berada di area yang sama saat tubuh mengalami kesakitan. Maka obat-obatan jenis antihistamin yang biasa digunakan untuk menekan rasa sakit juga dapat bekerja untuk mematikan sinyal protein ini.
Serabut syaraf yang sensitif terhadap gatal pertama kali ditemukan oleh Martin Schmetz, seorang pakar fisiologi otak dari Universitas Mannheim Jerman sekitar 10 tahun lalu. Tapi, baru-baru ini ia juga menemukan serabut-serabut baru yang sensitif terhadap gatal namun tidak berkaitan dengan histamin.
“Nyatanya terdapat bukti lebih dari satu tipe serabut syaraf yang terlibat dalam sensasi gatal,” kata Schmetz. Informasi yang sedang diteliti lebih lanjut ini akan meningkatkan pemahaman para ilmuwan mengenai sensasi gatal.
Nyaman sesaat
Gejala gatal sebenarnya telah diteliti sejak lama. Definisi ilmiah untuk gatal diusulkan pertama kali oleh Samuel Hafenreffer pada 1660. Gatal didefinisikan sebagai sebuah keinginan tak enak untuk menggaruk.
“Pada beberapa kondisi kulit kronis seperti dermatitis atopik (eksim), pasien mungkin malah menggaruk saat tidur,” kata pakar otak Earl Carstens dari Universitas California, Davis. Menurut Carsten, menggaruk mungkin mengaktifkan sel syaraf yang merangsang bagian otak pengatur kesenangan sehingga orang menjadi nyaman.
Pada dasarnya, menggaruk kulit hanyalah solusi singkat mengatasi gatal atau mengurangi gangguan saja. Tapi, jika berlebihan dan terlalu keras sebaliknya akan menyebabkan sakit pendarahan hingga infeksi.
“Derajat kehidupan kita menurun karena gatal seperti halnya karena sakit. Namun, penderita gatal belum mendapatkan empati yang cukup seperti penderita sakit lainnya,” ujar Schmetz.
Bersama para pakar kulit lain dari seluruh dunia, Schmetz akan mempresentasikan temuannya pada Workshop Internasional Penelitian mengenai Gatal Ketiga di Jerman. Makalah yang disampaikan selama pertemuan ini akan dipublikasikan dalam Journal of Investigative Dermatology.
Sumber: LiveScience.com
0 comments:
Posting Komentar
Sisihkan sedikit waktu Anda, untuk berkomentar :D